1. Keterampilan Bertanya
Pengertian
bertanya secara etimologis bertanya diuraikan menjadi dua suku kata yaitu “
terampil dan tanya”. Menurut kamus besar bahasa Indonesia “bertanya” berasal dari kata “tanya” yang
berarti antara lain permintaan keterangan. Sedangkan kata “terampil” memiliki
arti “cakap dalam penyelesaian tugas ataupun mampu dan cekatan”. Dengan
demikian keterampilan bertanya dapat diartikan kecakapan atau kemampuan
seseorang dalam meminta keterangan atau penjelasan dari orang lain atau pihak
yang menjadi lawan bicara.
Menurut
John. I. Bolla dalam proses pembelajaran setiap pertanyaan baik berupa kalimat tanya
atau suruhan, yang menuntut respon siswa, sehingga siswa memperoleh pengetahuan dan meningkatkan
kemampuan berpikir, dimasukkan pertanyaan. Pendapat serupa dikemukakan oleh G.
A. Brown dan R. Edmonson dalam Siti Julaeha, pertanyaan adalah segala
pertanyaan yang menginginkan tanggapan verbal (lisan).
A. Fungsi Pertanyaan Guru
Fungsi pertanyaan guru adalah
sebagai alat mengajar. Pada umumnya guru menggunakan teknik bertanya sebagai
alat mengajar, walaupun sebagaian besar dari pertanyaan masih berupa pertanyaan
ingatan belaka.
B.
Tujuan pertanyaan guru
a) Membangkitkan
minat dan rasa ingin tahu rasa pada suatu pokok bahasan yang sedang diajarkan.
b) Mengenal
kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam menerima pelajaran.
c) Memberikan
rangsangan kepada siswa agar mereka berfikir kritis dan kreatif.
d) Mendorong
siswa untuk mengungkapkan pendapat.
e) Memberikan
kesempatan kepada para siswa untuk mengasimilasikan informasi.
C.
Penggunaan Keterampilan Bertanya
a. Kehangatan dan Keantusiasan
Sikap ini akan tampak pada gaya
guru, ekspresi wajah, suara serta gerakkan badan yang mempengaruhi suasana
kelass gembira dan akrab. Guru yang membawa persoalan dari rumah ke sekolah dan
masih terbawa pada saat ia mngajar, akan menunjukkan sikap yang murung, tidak
ada gairah mengajar.
b.
Kebiasaan-kebiasaan yang perlu dihindari dalam
mengajukan pertanyaan ada beberapa hal yang perlu dihindari, ialah:
a)
Mengulangi Pertanyaan Sendiri
b)
Mengulangi Jawaban Siswa
c)
Menjawab Pertanyaan Sendiri
d)
Pertanyaan yang Memancing Jawaban
Serentak
e)
Pernyataan Ganda
f) Menunujukan
Siswa Tertentu Sebelum Mengajukan Pertanyaan
2.
Komponen-Komponen Keterampilan Dasar Bertanya Dasar
A. Mengajukan
Pertanyaan Secara Jelas dan Singkat
Pengajuan pertanyaan hendaklah
singkat dan jelas, dengan kata-kata yang dipahami siswa. Pertanyaan yang
berbelit-belit tidak akan dipahami sehingga kemungkinan besar siswa tidak akan
bisa menjawabnya.
B.
Pemberian Acuan
Sebelum pertanyaan diajukan,
kadang-kadang guru perlu memberikan acuan pertanyaan yang berisi informasi yang
relevan dengan jawaban yang diharapkan dari siswa.
C.
Pemusatan
Berdasarkan batas lingkupnya,
pertanyaan dapat dibedakan antara pertanyaan luas dan pertanyaan sempit. Pemakaiannya
tergantung tujuan pertanyaan dan pokok bahasan yang sedang ditanyakan. Pada
umumnya pertanyaan yang berfokus luas, kemudian baru beralih ke pertanyaan yang
lebih khusus, yang berfokus sempit sesuai dengan tujuan khusus pertanyaan.
D.
Pemindahan Lingkungan
Sering terjadi pertanyaan perlu
dijawab oleh beberapa orang siswa karena jawaban diberikan siswa belum benar
atau kemungkinana pertanyaan itu lebih luas, sehingga tidak cukup dijawab oleh
siswa contoh: “ Kita lihat gejala kenakalan remaja makin meningkat dewasa ini.
E.
Penyabaran
Guru hendaknya berusaha agar dapat
melibatkan siswa sebanyak mungkin untuk mendapatkan giliran menjawab
pertanyaan. Pertanyaan diajukan secara acak ; sebaiknya guru tidak menyuruh
siswa menjawab dengan urutan tempat duduk misalnya berturut-turut dari deretan
paling depan atau paling belakang.
F.
Pemberian Tuntunan
Guru hendaknya dpat memberikan
tuntunan bila siswa menjawab salah atau tidak dapat menjawab, agar siswa dapat
menemukan jawabannya. Ada tiga cara dalam memberi tuntunan ialah.
1. Mengungkapkan
sekali pertanyaan itu dengan catar atau susunan kata yang lebih sederhana
sehingga mudah dipahami.
2. Mengajukan
pertanyaan lain yang lebih sederhana yang jawabannya dapat dipakai menuntun
siswa menemukan jawaban pertanyaan semula.
3. Mengulangi
penjelasan-penjelasan sebelumnya yang berhubungan dengan pertanyaan itu.
3.
Keterampilan Bertanya Lanjut
A.
Penggunaan Keterampilan
Bertanya Lanjut
Dalam menetapkan keterampilan
bertanya lanjut, ada kebutuhan yang lebih tinggi sifatnya yang belum dapat
dijangkau oleh keterampilan bertanya dasar ialah usaha siswaa untuk
mengembangkan kemampuan mengatasi masalah serta berfikir dalam tingkatan yang
tinggi.
a) Mengembangkan
keterampilan menemukan, mengorganisasi dan menilai informasi yang diperoleh.
b) Meningkatkan
kemampuan membentuk dan mengungkapkan pertanyaan berdasarkan informasi yang
lengkap dan relevan.
c) Mendorong
siswa mengembangkan ide-ide serta mengemukakannya kepada kelompok secara timbal
balik.
d) Pemberian
waktu berfikir harus lebih lama, agar siswa dapat menyusun jawaban yang baik.
e) Guru
mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan pokok selama jam pelajaran berlangsung,
dengan demikian guru dapat menyampaikan materi pelajaran secara sistematis.
B. Komponen-komponen Keterampilan
Bertanya Lanjut
a)
Pengubahan tuntutan tingkat kognitif
dalam menjawab pertanyaan
Mengajukan
pertanyaan hendakknya guru berusaha untuk mengubah tingkat kognitif siswa, dari
sekedar menginagt kembali fakta-fakta yang telah dipelajari siswa ke berbagai
tingkat kognitif lainnya yang lebih tinggi seperti pemahaman, penerapan,
analisis, sintesis, dan evaluasi (taksonomi blom).
b)
Pengaturan urutan pertanyaan
Dalam
membandingkan tingkat kognitif siswa hendaknya guru mengatur urutan pertanyaan
dari tingkat kognitif yang lebih rendah ke tingkat-tingkat yang lebih kompleks
dengan tidak bolak-balek.
c)
Penggunaan Pertanyaan Pelacak
1.
Klasifikasi
2.
Meminta jawaban yang lebih relevan
dengan pertanyaan yang diajukan guru, maka guu dapameminta siswa untuk meninjau
kembali jawabanya sehingga menjadi relevan.
3.
Meminta contoh.
4.
Meminta jawaban yang lebih kompleks.
C. Peningkatan Terjadinya Interaksi
Klasifikasi Pertanyaan Menurut
Taksonomi Blom
Taksonomi ini dapat juga diterapkan
untuk menghasilkan pertanyaan yang diajukan guru di kelas.
1.
Kognitif (yang menyangkut asfek pikir)
2.
Afektif (yang menyangkut aspek sikap)
3.
Psikomotor (yang menyangkut aspek
keterampilan)
Untuk domain kognitif ini ada enam
tingkatan, yang masing-masing tingkat dituntut prosos berpikir berbeda. Sesuai
dengan tingkat kesukarannya. Dari keenam tingkatan tersebut secara
berturut-turut akan diuraikan sebagai berikut:
1) Pertanyaan
pengetahuan (knowlegde)
Pertanyaan
ini merupakan pertanyaan penalaran dalam kategori yang terendah, yang hanya
menurut siswa untuk dapat mengungkapkan kembali pengetahuan tentang fakta,
kejadian, definisi, dan sebagainya siswa hanya ditintut untuk mengingat kembali
apa yang dipelajari.
2) Pertanyaan
pemahaman (comprehension)
Pertanyaan
ini meminta siswa untuk menunjukkan bahwa ia telah mengerti atau memahami
sesuatu. Ia dikatakan memahami sesuatu berarti ia telah dapat mengorganisasikan
dan mengutarakan kembali apa yang dipelajarinya dengan mnggunakan kalimatnya
sendiri.
3) Pertanyaan
penerapan (aplikasi)
Siswa
harus menggunakan informasi yang telah dipelajari itu untuk diterapkan pada
suatu pemecahan masalah atau pada kehidupan sehari-hari. Pada tingkat ini, yang
dimaksud dengan pertanyaan penerapan (aplikasi) adalah pertanyaan yang menuntut
suatu jawaban dengan menggunakan informasi yang telah diperoleh sebelumnya.
4) Pertanyaan
analisis
Pertanyaan
ini merupakan jenjang pertama dari kelompok pertanyaan tingkat tinggi.
Pertanyaan analisis menuntut siswa untuk berfikir secara mendalam, kritis,
bahkan menciptakan sesuatu yang baru. Untuk
menjawab pertanyaan analisis, siswa harus mampu menguraikan sebab-sebab,
motif-motif atau mengadakan deduksi (dari suatu generalisasi/kesimpulan
umum/hukum/teori, dicari fakta-faktanya).
5) Pertanyaan
sintesis
Pertanyaan
ini merupakan pertanyaan tingkat tinggi yang menuntut siswa berfikir orisinil
dan kreatif. Dengan pertanyaan ini akan diperoleh kemampuan untuk menghubungkan
bagian-bagian atau unsur-unsur agar dapat merupakan suatu kesatuan. Mereka
dituntut untuk mengadakan induksi (dari fakta-fakta / unsur-unsur / informasi,
diambil suatu kesimpulan atau generalisasi). Siswa tidak hanya menerka jawaban,
melainkan harus berfikir dengan sungguh-sungguh.
6) Pertanyaan
evaluasi
Pertanyaan
ini menurut proses berfikir yang paling tinggi, karena pekerjaan menilai hanya
mungkin dilakukan dengan baik bila fungsi-fungsi kognitif yang lain, dari
pengetahuan sampai dengan sintesis telah dikuasai. Dalam pernyataan evaluasi,
keadaannya standar atau kriteria pengukuran merupakan sesuatu yang mutlak.
Penggunaan standar atau kriteria yang berbeda akan mengakibatkan jawaban yang
berbeda pula.
4. Keterampilan
Menjelaskan
A. Pengertian
dan Rasional
Suatu penjelasan merupakan suatu
penyajian informasi lisan yang diorganisasikan secara sistematis untuk
menunjukkan hubungan misalnya antara sebab dan akibat: antar sesuatu hal yang
diketahui dengan hal yang belum diketahui; antar hukum atau dalil atau teori
dengan contoh konkret dalam kehidupan sehari-hari. Jadi ciri utama dari kegiatan
menjelaskan adalah menyampaikan informasi yang diorganisasikan secara
sistematis untuk menunjukkan sesuatu. Dalam kegiatan sehari-hari di kelas, guru
tidak lepas dari kegiatan menjelaskan, bahkan dapat dikatakan bahwa interaksi
di dalam kelas cenderung dipenuhi oleh kegiatan pembicaraan baik oleh guru
sendiri, guru, dan siswa, maupun siswa dengan siswa.
B. Tujuan
Penjelasan
1.
Membimbing
siswa untuk memahami jawaban pertanyaan yang diajukan oleh guru atau siswa.
2.
Membantu
siswa mendapatkan dan memahami hukum, dalail atau prinsip-prinsip umum.
3.
Melibatkan
siswa untuk berfikir dengan memecahkan masalah atau pertanyaan-pertanyaan.
4.
Untuk
mendapatkan balikan siswa tentang pemahaman mereka.
5.
Membantu
siswa menghayati dan mendapatkan proses penalaran dalam penyelesaian sesuatu
yang masih meragukan. Dengan ungkapan lain, guru perlu menguasai keterampilan
menjelaskan dengan alasan.
6.
Sebagian
besar kegiatan guru adalah memberikan informasi lisan atau menjelaskan. Oleh
karena itu, penjelasan guru harus ditingkatkan efektivitasnya sehingga bermakna
bagi siswa.
7.
Tidak
semua siswa dapat memahami suatu pengetahuan dari buku atau sumber lainnya.
Oleh karena itu, diperlukan bantuan guru untuk menjelaskan hal-hal tertentu yang
belum dipahami.
8.
Keterbatasan
sumber yang dapat dimanfaatkan siswa dalam proses belajar, maka guru perlu
membantu dengan pemberian informasi yang berupa penjelasan yang diperlukan
siswa.
C. Penggunaan
Keterampilan Menjelaskan
Dalam
kegiatan menjelaskan ada tiga hal yang saling berkaitan adalah:
1.
Guru
yang menjelaskan
2.
Siswa
yang menerima penjelasan
3.
Hal
yang dijelaskan.
D. Prinsip-prinsip
Penggunaan
1.
Penjelasan
dapat diberikan pada awal, di tengah atau akhir jam pelajaran sesuai dengan
kebutuhan. Penjelasan tersebut harus diselingi tanya jawab, dan sifatnya
membantu penalaran siswa.
2.
Penjelasan
guru harus mengingat latar belakang dan kemampuan siswa sehingga mereka dapat
menerimanya (sesuai dengan karakteristik siswa).
3.
Penjelasan
harus relevan dengan tujuan pelajaran
4.
Materi
pelajaran harus bermakna bagi siswa
5.
Penjelasan
dapat diberikan guru kalau ada pertanyaan siswa atau memang dipersiapkan guru
sebelumnya.
E. Komponen-komponen
Keterampilan Menjelaskan
1. Merencanakan
1.1 Hal-hal yang berhubungan dengan isi pesan (materi)
terdiri dari:
a.
Menganalisis
masalah secara keseluruhan termasuk mengidentifikasi unsur-unsur yang berkaitan
dengan penjelasan.
b.
Menentukan
jenis hubungan yang ada antara unsur-unsur yang berkaitan.
c.
Menggunakan
hukum, rumus atau generalisasi yang sesuai dengan hubungan yang telah
ditentukan.
1.2 hal-hal
yang berhubungan dengan siswa (penerimaan pesan)
Dalam perencanaan penjelasan, perhatikan pertanyaan
berikut :
1.
Apakah
penjelasan cukup relevan dengan pertanyaan yang diajukan siswa.
2.
Apakah
penjelasan itu memadai, yakin mudah diserap siswa melaluiapa yang telag
diketahuinya.
3.
Apakah
penjelasan itu cocok dengan khasanah pengetahuan siswa pada waktu itu.
2. Menyajikan
Suatu Penjelasan
2.1 Kejelasan
a. Bahasa yang diucapkan harus jelas baik kata-kata, ungkapan maupun
volume suaranya.
b. Kata disusun dengan tata bahasa yang baik dan menghindari kalimat
yang tidak lengkap.
c. Istilah-istilah yang baru dan asing harus didefinisikan dengan jelas.
d. Guru menggunakan waktu diam sejenak untuk melihat apakah yang sudah
dijelaskan telah dipahami oleh siswa.
2.2 Penggunaan Contoh dan
Ilustrasi
a. Apa yang dijelaskan oleh guru hendaknya dihubungkan dengan
pengetahuan yang telah dipelajari siswa sebelumnya.
b. Memberikan contoh yang bervariasi atau meminta contoh dari siswa
yangn beragam, akan membuat penjelasan lebih menarik dan efisien.
c. Pola yang digunaka untuk memberikan dalil contoh dalil ini adalah
pola induktif dan pola deduktif.
2.3 Pemberian Tekanan
a. Memberikan variasi gaya belajar
b. Membuat struktur sajian, yaitu memberikan informasi yang menunjukkan
arah atau tujuan utama sajian.
2.4 Balikan
Selama penjelasan berlangsung, guru hendaknya memberi kesempatan kepada
siswa untuk mengajukan pertanyaan kalau ada informasi yang masih meragukan.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, guru dapat meminta siswa lain menjawab;
dengan mengamati semua tingkah laku tersebut, guru sudah dapat menangkap sejauh
mana pemahaman siswa terhadap pokok bahasan yang dijelaskan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar