Jumat, 20 Juni 2014

KETERAMPILAN BERTANYA DAN KETERAMPILAN MENJELASKAN

1. Keterampilan Bertanya
Pengertian bertanya secara etimologis bertanya diuraikan menjadi dua suku kata yaitu “ terampil dan tanya”. Menurut kamus besar bahasa Indonesia  “bertanya” berasal dari kata “tanya” yang berarti antara lain permintaan keterangan. Sedangkan kata “terampil” memiliki arti “cakap dalam penyelesaian tugas ataupun mampu dan cekatan”. Dengan demikian keterampilan bertanya dapat diartikan kecakapan atau kemampuan seseorang dalam meminta keterangan atau penjelasan dari orang lain atau pihak yang menjadi lawan bicara.
Menurut John. I. Bolla dalam proses pembelajaran setiap pertanyaan baik berupa kalimat tanya atau suruhan, yang menuntut respon siswa, sehingga siswa memperoleh pengetahuan dan meningkatkan kemampuan berpikir, dimasukkan pertanyaan. Pendapat serupa dikemukakan oleh G. A. Brown dan R. Edmonson dalam Siti Julaeha, pertanyaan adalah segala pertanyaan yang menginginkan tanggapan verbal (lisan).



A.  Fungsi Pertanyaan Guru
            Fungsi pertanyaan guru adalah sebagai alat mengajar. Pada umumnya guru menggunakan teknik bertanya sebagai alat mengajar, walaupun sebagaian besar dari pertanyaan masih berupa pertanyaan ingatan belaka.

B.  Tujuan pertanyaan guru
a)      Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu rasa pada suatu pokok bahasan yang sedang diajarkan.
b)      Mengenal kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam menerima pelajaran.
c)      Memberikan rangsangan kepada siswa agar mereka berfikir kritis dan kreatif.
d)     Mendorong siswa untuk mengungkapkan pendapat.
e)      Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mengasimilasikan informasi.

C.  Penggunaan Keterampilan Bertanya
a.  Kehangatan dan Keantusiasan
            Sikap ini akan tampak pada gaya guru, ekspresi wajah, suara serta gerakkan badan yang mempengaruhi suasana kelass gembira dan akrab. Guru yang membawa persoalan dari rumah ke sekolah dan masih terbawa pada saat ia mngajar, akan menunjukkan sikap yang murung, tidak ada gairah mengajar.

b.  Kebiasaan-kebiasaan yang perlu dihindari dalam mengajukan pertanyaan ada beberapa hal yang perlu dihindari, ialah:
a)      Mengulangi Pertanyaan Sendiri
b)      Mengulangi Jawaban Siswa
c)      Menjawab Pertanyaan Sendiri
d)     Pertanyaan yang Memancing Jawaban Serentak
e)      Pernyataan Ganda
f)       Menunujukan Siswa Tertentu Sebelum Mengajukan Pertanyaan

2.  Komponen-Komponen Keterampilan Dasar Bertanya Dasar
     A. Mengajukan Pertanyaan Secara Jelas dan Singkat
            Pengajuan pertanyaan hendaklah singkat dan jelas, dengan kata-kata yang dipahami siswa. Pertanyaan yang berbelit-belit tidak akan dipahami sehingga kemungkinan besar siswa tidak akan bisa menjawabnya.

B.       Pemberian Acuan
            Sebelum pertanyaan diajukan, kadang-kadang guru perlu memberikan acuan pertanyaan yang berisi informasi yang relevan dengan jawaban yang diharapkan dari siswa.

C.      Pemusatan
            Berdasarkan batas lingkupnya, pertanyaan dapat dibedakan antara pertanyaan luas dan pertanyaan sempit. Pemakaiannya tergantung tujuan pertanyaan dan pokok bahasan yang sedang ditanyakan. Pada umumnya pertanyaan yang berfokus luas, kemudian baru beralih ke pertanyaan yang lebih khusus, yang berfokus sempit sesuai dengan tujuan khusus pertanyaan.

D.      Pemindahan Lingkungan
            Sering terjadi pertanyaan perlu dijawab oleh beberapa orang siswa karena jawaban diberikan siswa belum benar atau kemungkinana pertanyaan itu lebih luas, sehingga tidak cukup dijawab oleh siswa contoh: “ Kita lihat gejala kenakalan remaja makin meningkat dewasa ini.

E.       Penyabaran
            Guru hendaknya berusaha agar dapat melibatkan siswa sebanyak mungkin untuk mendapatkan giliran menjawab pertanyaan. Pertanyaan diajukan secara acak ; sebaiknya guru tidak menyuruh siswa menjawab dengan urutan tempat duduk misalnya berturut-turut dari deretan paling depan atau paling belakang.

F.       Pemberian Tuntunan
            Guru hendaknya dpat memberikan tuntunan bila siswa menjawab salah atau tidak dapat menjawab, agar siswa dapat menemukan jawabannya. Ada tiga cara dalam memberi tuntunan ialah.
1.      Mengungkapkan sekali pertanyaan itu dengan catar atau susunan kata yang lebih sederhana sehingga mudah dipahami.
2.      Mengajukan pertanyaan lain yang lebih sederhana yang jawabannya dapat dipakai menuntun siswa menemukan jawaban pertanyaan semula.
3.      Mengulangi penjelasan-penjelasan sebelumnya yang berhubungan dengan pertanyaan itu.

3.  Keterampilan Bertanya Lanjut
A. Penggunaan Keterampilan Bertanya Lanjut
            Dalam menetapkan keterampilan bertanya lanjut, ada kebutuhan yang lebih tinggi sifatnya yang belum dapat dijangkau oleh keterampilan bertanya dasar ialah usaha siswaa untuk mengembangkan kemampuan mengatasi masalah serta berfikir dalam tingkatan yang tinggi.
a)      Mengembangkan keterampilan menemukan, mengorganisasi dan menilai informasi yang diperoleh.
b)      Meningkatkan kemampuan membentuk dan mengungkapkan pertanyaan berdasarkan informasi yang lengkap dan relevan.
c)      Mendorong siswa mengembangkan ide-ide serta mengemukakannya kepada kelompok secara timbal balik.
d)     Pemberian waktu berfikir harus lebih lama, agar siswa dapat menyusun jawaban yang baik.
e)      Guru mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan pokok selama jam pelajaran berlangsung, dengan demikian guru dapat menyampaikan materi pelajaran secara sistematis.

B. Komponen-komponen Keterampilan Bertanya Lanjut
a)      Pengubahan tuntutan tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan
Mengajukan pertanyaan hendakknya guru berusaha untuk mengubah tingkat kognitif siswa, dari sekedar menginagt kembali fakta-fakta yang telah dipelajari siswa ke berbagai tingkat kognitif lainnya yang lebih tinggi seperti pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi (taksonomi blom).
b)      Pengaturan urutan pertanyaan
Dalam membandingkan tingkat kognitif siswa hendaknya guru mengatur urutan pertanyaan dari tingkat kognitif yang lebih rendah ke tingkat-tingkat yang lebih kompleks dengan tidak bolak-balek.
c)      Penggunaan Pertanyaan Pelacak
1.      Klasifikasi
2.      Meminta jawaban yang lebih relevan dengan pertanyaan yang diajukan guru, maka guu dapameminta siswa untuk meninjau kembali jawabanya sehingga menjadi relevan.
3.      Meminta contoh.
4.      Meminta jawaban yang lebih kompleks.

C. Peningkatan Terjadinya Interaksi
Klasifikasi Pertanyaan Menurut Taksonomi Blom
            Taksonomi ini dapat juga diterapkan untuk menghasilkan pertanyaan yang diajukan guru di kelas.
1.      Kognitif (yang menyangkut asfek pikir)
2.      Afektif (yang menyangkut aspek sikap)
3.      Psikomotor (yang menyangkut aspek keterampilan)
            Untuk domain kognitif ini ada enam tingkatan, yang masing-masing tingkat dituntut prosos berpikir berbeda. Sesuai dengan tingkat kesukarannya. Dari keenam tingkatan tersebut secara berturut-turut akan diuraikan sebagai berikut:
1)     Pertanyaan pengetahuan (knowlegde)
Pertanyaan ini merupakan pertanyaan penalaran dalam kategori yang terendah, yang hanya menurut siswa untuk dapat mengungkapkan kembali pengetahuan tentang fakta, kejadian, definisi, dan sebagainya siswa hanya ditintut untuk mengingat kembali apa yang dipelajari.
2)     Pertanyaan pemahaman (comprehension)
Pertanyaan ini meminta siswa untuk menunjukkan bahwa ia telah mengerti atau memahami sesuatu. Ia dikatakan memahami sesuatu berarti ia telah dapat mengorganisasikan dan mengutarakan kembali apa yang dipelajarinya dengan mnggunakan kalimatnya sendiri.
3)     Pertanyaan penerapan (aplikasi)
Siswa harus menggunakan informasi yang telah dipelajari itu untuk diterapkan pada suatu pemecahan masalah atau pada kehidupan sehari-hari. Pada tingkat ini, yang dimaksud dengan pertanyaan penerapan (aplikasi) adalah pertanyaan yang menuntut suatu jawaban dengan menggunakan informasi yang telah diperoleh sebelumnya.
4)     Pertanyaan analisis
Pertanyaan ini merupakan jenjang pertama dari kelompok pertanyaan tingkat tinggi. Pertanyaan analisis menuntut siswa untuk berfikir secara mendalam, kritis, bahkan menciptakan sesuatu yang baru. Untuk  menjawab pertanyaan analisis, siswa harus mampu menguraikan sebab-sebab, motif-motif atau mengadakan deduksi (dari suatu generalisasi/kesimpulan umum/hukum/teori, dicari fakta-faktanya).
5)     Pertanyaan sintesis
Pertanyaan ini merupakan pertanyaan tingkat tinggi yang menuntut siswa berfikir orisinil dan kreatif. Dengan pertanyaan ini akan diperoleh kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian atau unsur-unsur agar dapat merupakan suatu kesatuan. Mereka dituntut untuk mengadakan induksi (dari fakta-fakta / unsur-unsur / informasi, diambil suatu kesimpulan atau generalisasi). Siswa tidak hanya menerka jawaban, melainkan harus berfikir dengan sungguh-sungguh.
6)     Pertanyaan evaluasi
Pertanyaan ini menurut proses berfikir yang paling tinggi, karena pekerjaan menilai hanya mungkin dilakukan dengan baik bila fungsi-fungsi kognitif yang lain, dari pengetahuan sampai dengan sintesis telah dikuasai. Dalam pernyataan evaluasi, keadaannya standar atau kriteria pengukuran merupakan sesuatu yang mutlak. Penggunaan standar atau kriteria yang berbeda akan mengakibatkan jawaban yang berbeda pula.




4.    Keterampilan Menjelaskan
A.  Pengertian dan Rasional
       Suatu penjelasan merupakan suatu penyajian informasi lisan yang diorganisasikan secara sistematis untuk menunjukkan hubungan misalnya antara sebab dan akibat: antar sesuatu hal yang diketahui dengan hal yang belum diketahui; antar hukum atau dalil atau teori dengan contoh konkret dalam kehidupan sehari-hari. Jadi ciri utama dari kegiatan menjelaskan adalah menyampaikan informasi yang diorganisasikan secara sistematis untuk menunjukkan sesuatu. Dalam kegiatan sehari-hari di kelas, guru tidak lepas dari kegiatan menjelaskan, bahkan dapat dikatakan bahwa interaksi di dalam kelas cenderung dipenuhi oleh kegiatan pembicaraan baik oleh guru sendiri, guru, dan siswa, maupun siswa dengan siswa.

B.  Tujuan Penjelasan
1.      Membimbing siswa untuk memahami jawaban pertanyaan yang diajukan oleh guru atau siswa.
2.      Membantu siswa mendapatkan dan memahami hukum, dalail atau prinsip-prinsip umum.
3.      Melibatkan siswa untuk berfikir dengan memecahkan masalah atau pertanyaan-pertanyaan.
4.      Untuk mendapatkan balikan siswa tentang pemahaman mereka.
5.      Membantu siswa menghayati dan mendapatkan proses penalaran dalam penyelesaian sesuatu yang masih meragukan. Dengan ungkapan lain, guru perlu menguasai keterampilan menjelaskan dengan alasan.
6.      Sebagian besar kegiatan guru adalah memberikan informasi lisan atau menjelaskan. Oleh karena itu, penjelasan guru harus ditingkatkan efektivitasnya sehingga bermakna bagi siswa.
7.      Tidak semua siswa dapat memahami suatu pengetahuan dari buku atau sumber lainnya. Oleh karena itu, diperlukan bantuan guru untuk menjelaskan hal-hal tertentu yang belum dipahami.
8.      Keterbatasan sumber yang dapat dimanfaatkan siswa dalam proses belajar, maka guru perlu membantu dengan pemberian informasi yang berupa penjelasan yang diperlukan siswa.


C.      Penggunaan Keterampilan Menjelaskan
Dalam kegiatan menjelaskan ada tiga hal yang saling berkaitan adalah:
1.      Guru yang menjelaskan
2.      Siswa yang menerima penjelasan
3.      Hal yang dijelaskan.

D.      Prinsip-prinsip Penggunaan
1.      Penjelasan dapat diberikan pada awal, di tengah atau akhir jam pelajaran sesuai dengan kebutuhan. Penjelasan tersebut harus diselingi tanya jawab, dan sifatnya membantu penalaran siswa.
2.      Penjelasan guru harus mengingat latar belakang dan kemampuan siswa sehingga mereka dapat menerimanya (sesuai dengan karakteristik siswa).
3.      Penjelasan harus relevan dengan tujuan pelajaran
4.      Materi pelajaran harus bermakna bagi siswa
5.      Penjelasan dapat diberikan guru kalau ada pertanyaan siswa atau memang dipersiapkan guru sebelumnya.

E.     Komponen-komponen Keterampilan Menjelaskan
1.      Merencanakan
1.1 Hal-hal yang berhubungan dengan isi pesan (materi) terdiri dari:
a.       Menganalisis masalah secara keseluruhan termasuk mengidentifikasi unsur-unsur yang berkaitan dengan penjelasan.
b.      Menentukan jenis hubungan yang ada antara unsur-unsur yang berkaitan.
c.       Menggunakan hukum, rumus atau generalisasi yang sesuai dengan hubungan yang telah ditentukan.
1.2  hal-hal yang berhubungan dengan siswa (penerimaan pesan)
Dalam perencanaan penjelasan, perhatikan pertanyaan berikut :
1.      Apakah penjelasan cukup relevan dengan pertanyaan yang diajukan siswa.
2.      Apakah penjelasan itu memadai, yakin mudah diserap siswa melaluiapa yang telag diketahuinya.
3.      Apakah penjelasan itu cocok dengan khasanah pengetahuan siswa pada waktu itu.



2.      Menyajikan Suatu Penjelasan
2.1 Kejelasan
a. Bahasa yang diucapkan harus jelas baik kata-kata, ungkapan maupun volume  suaranya.
b. Kata disusun dengan tata bahasa yang baik dan menghindari kalimat yang tidak lengkap.
c. Istilah-istilah yang baru dan asing harus didefinisikan dengan jelas.
d. Guru menggunakan waktu diam sejenak untuk melihat apakah yang sudah dijelaskan telah dipahami oleh siswa.
2.2 Penggunaan Contoh dan Ilustrasi
a. Apa yang dijelaskan oleh guru hendaknya dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dipelajari siswa sebelumnya.
b. Memberikan contoh yang bervariasi atau meminta contoh dari siswa yangn beragam, akan membuat penjelasan lebih menarik dan efisien.
c. Pola yang digunaka untuk memberikan dalil contoh dalil ini adalah pola induktif dan pola deduktif.
2.3 Pemberian Tekanan
a. Memberikan variasi gaya belajar
b. Membuat struktur sajian, yaitu memberikan informasi yang menunjukkan arah atau tujuan utama sajian.
2.4 Balikan

Selama penjelasan berlangsung, guru hendaknya memberi kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan kalau ada informasi yang masih meragukan. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, guru dapat meminta siswa lain menjawab; dengan mengamati semua tingkah laku tersebut, guru sudah dapat menangkap sejauh mana pemahaman siswa terhadap pokok bahasan yang dijelaskan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar