Minggu, 22 Juni 2014

TEKNIK-TEKNIK MEMAHAMI PERKEMBANGAN MURID

A.       Teknik Tes
Teknik tes atau sering juga disebut sistem testing merupakan usaha pemahaman murid dengan menggunakan alat-alat yang bersifat mengukur atau mentes. Peters dan Shertzer (1974: 349) mengartikan tes sebagai suatu prosedur yang sistematis untuk mengobservasi (mengamati) tingkah laku individu, dan menggambarkan (mendeskripsikan) tingkah laku itu melalui skala angka atau sistem kategori.
Penggunaan teknik dan tes (khusunya tes prestasi belajar) bagi guru di sekolah bertujuan untuk:
a.       Menilai kemampuan belajar murid
b.      Memberikan bimbingan belajar kepada murid
c.       Mengecek kemajuan belajar
d.      Memahami kesulitan-kesulitan belajar
e.       Memperbaiki teknik mengajar
f.       Menilai efektifitas (keberhasilan) mengajar (Shertzes dan Stone. 1971: 235)


Keseluruhan macam tes untuk keperluan bimbingan biasanya dikelompokkan ke dalam empat kelompok tes, yaitu: tes kecerdasan, tes bakat, tes kepribadian, dan tes hasil belajar.
a.       Tes kecerdasan
Kecerdasan dapat diartikan sebagai kemampuan berpikir yang bersifat abstrak. Dapat juga diartikan sebagai kemampuan umum individu untuk berperilaku yang jelas tujuannya, berpikir rasional, dan berhubungan dengan lingkungannya secara efektif (Shertzer dan Stone. 1971: 239). Dengan demikian tes kecerdasan itu tidak lain adalah prosedur yang sistematis dengan menggunakan instrumen untuk mengetahui kemampuan umum individu terutama menyangkut kemampuan berpikirnya. Melalui tes ini akan diketahui murid yang geniud, sangat cerdas, rata-rata, dan dibawah normal.
Lebih  jelasnya gambaran tingkat kecerdasan (IQ) dengan klasifikasinya, dapat dilihat di bawah ini.

Kelas interval                                  Klasifikasi
Skor IQ

140 – ke atas                                               Genius (Luar biasa)
120 – 139                                        Very superior (Sangat cerdas)
110 – 119                                        Superior (Cerdas)
90 – 109                                          Normal (Average)
80 – 89                                            Dull (bodoh)
70 – 79                                            Border line (Batas normal)
50 – 60                                            Morrons (Debiel)
30 – 49                                            Embicile (Embisiel)
Di bawah -30                                  Idiot

Untuk mengetahui kecenderungan tingkat kecerdasan murid diantaranya digunakan Tes Benet – Simon (verbal test), yang dipersiapkan untuk anak berusia mulai 3 (tiga) tahun sampai dengan 15 (lima belas) tahun. Tes Benet – Simon memperhitungkan dua hal berikut:
Pertama, umur kronologis (“cronological age” disingkat C.A): yaitu umur seseorang sebagaimana yang ditunjukkan dengan hari kelahirannya atau lamanya ia hidup sejak tanggal lahirnya.
Kedua, umur mental (“mental age” disingkat M.A): yaitu umur kecerdasan sebagaimana yang ditunjukkan oleh hasil tes kemampuan akademik.
Dengan demikian tingkat intelegensi ditunjukkan dengan perbandingan kecerdasan atau disebut dengan istilah “Intelliegence Quotient” yang biasa disingkat I.Q.
Perbandingan kecerdasan itu = umur mental dibandingkan dengan umur kronologis, sehingga diperoleh rumus sebagai berikut.
I.Q = M.A : C.A atau dituliskan
I.Q = M.A
          C.A
Selain teknik tes di atas, masih terdapat tes kecerdasan lainnya seperti test Progressive Metrices, yaitu alat yang mengukur tes inteligensi secara non-verbal yang diberikan kepada anak yang berusia diantara 9-15 tahun. (Rich & Anderson, dalam Anne Anastasi, 1988).
b.      Test Prestasi Belajar (Achievement Tests)
Tes prestasi belajar ini disusun untuk mengukur hasil pembelajaran atau kemajuan belajar murid. Tes ini meliputi:
1)      Tes diagnostik
2)      Tes prestasi belajar kelompok yang baku, dan
3)      Tes prestasi belajar yang disusun oleh para guru.
c.       Tes Bakat
Bakat merupakan kemampuan khusus individu yang dapat berkembang melalui belajar atau latihan. Untuk mengetahui bakat individu telah dikembangkan beberapa macam tes, seperti:
1)      Rekonik
Tes ini mengukur fungsi motorik, persepsi, dan berpikir mekanis.
2)      Tes Bakat Musik
Tes ini mengukur kemampuan individu dalam aspek-aspek suara, nada, ritme, warna bunyi, dan memori.
3)      Tes Bakat Artistik
Tes ini mengukur kemampuan menggambar, melukis, dan merupa (mematung).
4)      Tes Bakat Klerikal (perkantoran)
Tes ini mengukur kemampuan “kecepatan dan ketelitian”
5)      Tes Bakat yang Multifaktor
Tes bakat mengukur berbagai kemampuan khusus, yang telah lama digunakan adalah DAT (Differential Artitude Test).

Tes ini mengukur delapan kemampuan khusus, yaitu:
(a)    Berpikir verbal, yang mengungkap kemampuan nalar yang dinyatakan secara verbal.
(b)   Kemampuan bilangan, yang mengungkap kemampuan berpikir dengan menggunakan angka-angka.
(c)    Berpikir abstrak, yang mengungkap kemampuan nalar yang dinyatakan dengan menggunakan berbagai bentuk diagram yang bersifat nonverbal atau tanpa angka-angka.
(d)   Hubungan ruang, visualisasi dan persepsi yang mengungkap kemampuan untuk membayangkan, dan membentuk gambar-gambar dari objek-objek dengan hanya melihat gambar di atas kertas yang rata.
(e)    Kecepatan dan ketelitian, yang mengungkap kemampuan ketelitian dan percepatan seseorang dalam membandingkan dan memperhatikan daftar tertulis, seperti nama-nama, atau angka-angka.
(f)    Berfikir mekanik yang mengungkap kemampuan serta pemahaman mengenai hukum-hukum yang mendasari alat-alat, mesin-mesin dan gerakan-gerakannya.
(g)    Penggunaan bahasa pengucapan, yang mengungkapkan kemampuan mengeja kata-kata umum.
(h)   Penggunaan bahasa menyusun kalimat yang mengungkap kemampuan pemakaian kata-kata dalam kalimat, seperti tanda baca, dan tata bahasa.

2. Teknik Non-Tes
Teknik non-tes merupakan prosedur pengumpulan data yang dirancang untuk memahami pribadi murid, yang pada umumnya bersifat kualitatif. Teknik ini tidak menggunakan alat-alat yang bersifat mengukur, tetapi hanya menggunakan alat yang bersifat menghimpun atau mendeskripsikan saja.
Teknik ini terdiri atas beberapa macam jenis, seperti observasi, angket (quesioner), wawancara, sosiometri, dan studi dokumentasi.
a.       Observasi (pengamatan), yaitu teknik atau cara untuk mengamati suatu keadaan atau suatu kegiatan (tingkah laku). Karena sifatnya mengamati, maka alat yang paling pokok dalam teknik ini adalah panca indera, terutama indera penglihatan dan memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1)      Dilakukan sesuai dengan tujuan yang dirumuskan terlebih dahulu.
2)      Direncanakan secara sistematis.
3)      Hasilnya dicatat dan diolah sesuai dengan tujuan.
4)      Perlu diperiksa  ketelitiannya.
Teknik observasi ini dapat dikelompokkan ke dalam beberapa jenis, yaitu:
1)        Observasi Sehari-hari
2)        Observasi Sistematis
3)        Observasi Partisipatif
4)        Observasi Nonpartisipatif

Kelebihan dan Kelemahan Observasi
1)      Kelebihan Observasi:
a)      Observasi merupakan teknik yang langsung dapat dipergunakan untuk memperhatikan berbagai gejala tingkah laku murid.
b)      Observasi memungkinkan pencatatan yang serempak dengan kejadian yang penting:
(1)   Observasi baik sekali untuk digunakan sebagai teknik untuk melengkapi data yang diperoleh dengan teknik lain.
(2)   Dalam observasi pengumpul data tidak perlu mempergunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan objek yang ditelaah.
2)      Kelemahan Observasi:
a)      Banyak hal-hal yang tidak dapat dicapai dengan observasi langsung.
b)      Apabila objek  observasi mengetahui bahwa ia sedang diamati cenderung melakukan kegiatannya dibuat-buat.
c)      Timbulnya suatu kejadian yang hendak diobservasi tidak selalu dapat diramalkan sebelumnya sehingga pengamat sukar untuk menentukan waktu yang tepat untuk melakukan observasi.
d)      Observasi banyak tergantung kepada faktor-faktor yang tidak dapat dikontrol.
Para guru di sekolah dapat menggunakan teknik observasi ini dengan berbagai tujuan, seperti untuk mengetahui:
Pertama, aktivitas yang dilakukan para murid pada saat proses belajar-mengajar berlangsung, dan
Kedua,     perhatian murid terhadap pelajaran yang diberikan.
b.      Catatan Anekdot, yaitu catatan otentik hasil observasi yang menggambarkan tingkah laku murid atau kejadian/peristiwa dalam situasi yang khusus. Catatan anekdot ini bisa menyangkut tingkah laku seorang murid atau kelompok.

Dengan mempergunakan catatan anekdot, guru dapat:
1)      Memperoleh pemahaman yang lebih tepat tentang perkembangan murid.
2)      Memperoleh pemahaman tentang sebab-sebab dari gejala tingkah laku murid.
3)      Memudahkan dalam menyesuaikan diri dengan kebutuhan murid.
Catatan anekdot yang baik memiliki beberapa syarat berikut:
1)      Objektif
Untuk mempertahankan objektifitas dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a)      Catatan dibuat sendiri oleh guru.
b)      Pencatatan dilakukan segera setelah suatu peristiwa terjadi.
c)      Deskripsi dari suatu peristiwa dipisahkan dari tafsiran pencatatan sendiri.
2)      Deskriptif
Catatan tentang sutau peristiwa mengenai murid hendaknya lengkap disertai dengan latar belakang, percakapan dicatat secara langsung dan kejadia-kejadian dicatat dengan tersusun sesuai dengan kejadiannya.
3)      Selektif
Situasi yang dicatat adalah situasi yang relevan dengan tujuan dan masalah yang sedang menjadi perhatian guru sesuai dengan situasi dan keadaan murid.


c.       Wawancara
Wawancara merupakan teknik untuk mengumpulkan informasi melalui komunikasi langsung dengan responden.

Kelebihan dan kelemahan wawancara

Kelebihan wawancara sebagai teknik pengumpul data adalah sebagai berikut:
a)      Wawancara merupakan teknik yang paling tepat untuk mengungkapkan keadaan pribadi murid.
b)      Dapat dilakukan terhadap setiap tingkatan umur.
c)      Dapat diselenggarakan serempak dengan observasi.
d)      Digunakan untuk pelengkap data yang dikumpulkan dengan teknik lain.

Kelemahan-kelemahannya, diantaranya sebagai berikut:
a)      Tidak efisien, yaitu tidak dapat menghemat waktu secara singkat.
b)      Sangat tergantung kepada kesediaan kedua belah pihak.
c)      Menuntut penguasaan bahasa dari pihak pewawancara.

d.      Angket
Angket (quesioner) merupakan alat pengumpul data (informasi) melalui komunikasi tidak langsung, yaitu melalui tulisan. Angket ini  berisi daftar pertanyaan yang bertujuan untuk mengumpulkan keterangan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan responden (murid).

Beberapa petunjuk untuk menyusun angket:
1)      Gunakan kata-kata yang tidak mempunyai arti lengkap.
2)      Susun kalimat sederhana tapi jelas.
3)      Hindarkan pemakaian kata-kata yang sulit dipahami.
4)      Hindarkan pertanyaan-pertanyaan yang tidak perlu.
5)      Selanjutnya pertanyaan jangan bersifat memaksa untuk dijawab.
6)      Hindarkan kata-kata yang bersifat negatif dan menyinggung perasaan responden.

e.       Autobiografi
Keterangan pribadi ini merupakan ungkapan pribadi murid tentang pengalaman hidupnya, cita-citanya, keadaan keluarga dan sebagainya.
Karangan pribadi ini dalam pembuatannya dibagi ke dalam dua jenis yaitu terstruktur dan tidak terstruktur.
1)        Terstruktur
Karangan pribadi ini disusun berdasarkan tema yang telah ditentukan sebelumnya.
2)        Yang tidak terstruktur
Di sini murid diminta untuk membuat karangan pribadi secara bebas tidak ditentukan kerangka karangan sebelumnya.

f.       Sosiometri
Teknik ini bertujuan untuk memperoleh informasi dengan hubungan atau interaksi sosial di antara murid.
Sosiometri dapat digunakan untuk:
(a)    Memperbaiki hubungan insani di antara anggota-anggota kelompok tertentu.
(b)   Menentukan kelompok kerja.
(c)    Meneliti kemampuan memimpin seorang individu dalam kelompok tertentu untuk suatu kegiatan tertentu.

g.       Studi Kasus
Studi kasus merupakan teknik mempelajari perkembangan seorang murid secara menyeluruh dan mendalam serta mengungkap seluruh aspek pribadi murid yang datanya dipeoleh dari berbagai pihak.

Dalam melaksanakan studi kasus ini dapat ditempuh langkah-langkah:
1)      Menemukan murid yang bermasalah
2)      Memperoleh data
3)      Menganalisis data

4)      Memberikan layanan bantuan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar