A. Teknik
Tes
Teknik tes atau sering juga
disebut sistem testing merupakan usaha pemahaman murid dengan menggunakan
alat-alat yang bersifat mengukur atau mentes. Peters dan Shertzer (1974: 349)
mengartikan tes sebagai suatu prosedur yang sistematis untuk mengobservasi
(mengamati) tingkah laku individu, dan menggambarkan (mendeskripsikan) tingkah
laku itu melalui skala angka atau sistem kategori.
Penggunaan teknik dan tes
(khusunya tes prestasi belajar) bagi guru di sekolah bertujuan untuk:
a.
Menilai
kemampuan belajar murid
b.
Memberikan
bimbingan belajar kepada murid
c.
Mengecek
kemajuan belajar
d.
Memahami
kesulitan-kesulitan belajar
e.
Memperbaiki
teknik mengajar
f.
Menilai
efektifitas (keberhasilan) mengajar (Shertzes dan Stone. 1971: 235)
Keseluruhan macam tes untuk
keperluan bimbingan biasanya dikelompokkan ke dalam empat kelompok tes, yaitu:
tes kecerdasan, tes bakat, tes kepribadian, dan tes hasil belajar.
a.
Tes
kecerdasan
Kecerdasan
dapat diartikan sebagai kemampuan berpikir yang bersifat abstrak. Dapat juga
diartikan sebagai kemampuan umum individu untuk berperilaku yang jelas
tujuannya, berpikir rasional, dan berhubungan dengan lingkungannya secara
efektif (Shertzer dan Stone. 1971: 239). Dengan demikian tes kecerdasan itu
tidak lain adalah prosedur yang sistematis dengan menggunakan instrumen untuk
mengetahui kemampuan umum individu terutama menyangkut kemampuan berpikirnya.
Melalui tes ini akan diketahui murid yang geniud, sangat cerdas, rata-rata, dan
dibawah normal.
Lebih jelasnya gambaran tingkat kecerdasan (IQ)
dengan klasifikasinya, dapat dilihat di bawah ini.
Kelas
interval Klasifikasi
Skor
IQ
140
– ke atas Genius (Luar biasa)
120
– 139 Very
superior (Sangat cerdas)
110
– 119 Superior
(Cerdas)
90
– 109 Normal
(Average)
80
– 89 Dull
(bodoh)
70
– 79 Border
line (Batas normal)
50
– 60 Morrons
(Debiel)
30
– 49 Embicile
(Embisiel)
Di
bawah -30 Idiot
Untuk mengetahui kecenderungan
tingkat kecerdasan murid diantaranya digunakan Tes Benet – Simon (verbal test),
yang dipersiapkan untuk anak berusia mulai 3 (tiga) tahun sampai dengan 15
(lima belas) tahun. Tes Benet – Simon memperhitungkan dua hal berikut:
Pertama, umur kronologis (“cronological
age” disingkat C.A): yaitu umur seseorang sebagaimana yang ditunjukkan dengan
hari kelahirannya atau lamanya ia hidup sejak tanggal lahirnya.
Kedua, umur mental (“mental age”
disingkat M.A): yaitu umur kecerdasan sebagaimana yang ditunjukkan oleh hasil
tes kemampuan akademik.
Dengan demikian tingkat
intelegensi ditunjukkan dengan perbandingan kecerdasan atau disebut dengan
istilah “Intelliegence Quotient” yang biasa disingkat I.Q.
Perbandingan kecerdasan itu =
umur mental dibandingkan dengan umur kronologis, sehingga diperoleh rumus
sebagai berikut.
I.Q = M.A : C.A atau dituliskan
I.Q = M.A
C.A
Selain teknik tes di atas, masih
terdapat tes kecerdasan lainnya seperti test
Progressive Metrices, yaitu alat yang mengukur tes inteligensi secara
non-verbal yang diberikan kepada anak yang berusia diantara 9-15 tahun. (Rich
& Anderson, dalam Anne Anastasi, 1988).
b.
Test
Prestasi Belajar (Achievement Tests)
Tes
prestasi belajar ini disusun untuk mengukur hasil pembelajaran atau kemajuan
belajar murid. Tes ini meliputi:
1)
Tes
diagnostik
2)
Tes
prestasi belajar kelompok yang baku, dan
3)
Tes
prestasi belajar yang disusun oleh para guru.
c.
Tes
Bakat
Bakat
merupakan kemampuan khusus individu yang dapat berkembang melalui belajar atau
latihan. Untuk mengetahui bakat individu telah dikembangkan beberapa macam tes,
seperti:
1)
Rekonik
Tes
ini mengukur fungsi motorik, persepsi, dan berpikir mekanis.
2)
Tes
Bakat Musik
Tes
ini mengukur kemampuan individu dalam aspek-aspek suara, nada, ritme, warna
bunyi, dan memori.
3)
Tes
Bakat Artistik
Tes
ini mengukur kemampuan menggambar, melukis, dan merupa (mematung).
4)
Tes
Bakat Klerikal (perkantoran)
Tes
ini mengukur kemampuan “kecepatan dan ketelitian”
5)
Tes
Bakat yang Multifaktor
Tes
bakat mengukur berbagai kemampuan khusus, yang telah lama digunakan adalah DAT
(Differential Artitude Test).
Tes
ini mengukur delapan kemampuan khusus, yaitu:
(a)
Berpikir
verbal, yang mengungkap kemampuan nalar yang dinyatakan secara verbal.
(b)
Kemampuan
bilangan, yang mengungkap kemampuan berpikir dengan menggunakan angka-angka.
(c)
Berpikir
abstrak, yang mengungkap kemampuan nalar yang dinyatakan dengan menggunakan
berbagai bentuk diagram yang bersifat nonverbal atau tanpa angka-angka.
(d)
Hubungan
ruang, visualisasi dan persepsi yang mengungkap kemampuan untuk membayangkan,
dan membentuk gambar-gambar dari objek-objek dengan hanya melihat gambar di
atas kertas yang rata.
(e)
Kecepatan
dan ketelitian, yang mengungkap kemampuan ketelitian dan percepatan seseorang
dalam membandingkan dan memperhatikan daftar tertulis, seperti nama-nama, atau
angka-angka.
(f)
Berfikir
mekanik yang mengungkap kemampuan serta pemahaman mengenai hukum-hukum yang
mendasari alat-alat, mesin-mesin dan gerakan-gerakannya.
(g)
Penggunaan
bahasa pengucapan, yang mengungkapkan kemampuan mengeja kata-kata umum.
(h)
Penggunaan
bahasa menyusun kalimat yang mengungkap kemampuan pemakaian kata-kata dalam
kalimat, seperti tanda baca, dan tata bahasa.
2.
Teknik Non-Tes
Teknik non-tes merupakan prosedur
pengumpulan data yang dirancang untuk memahami pribadi murid, yang pada umumnya
bersifat kualitatif. Teknik ini tidak menggunakan alat-alat yang bersifat
mengukur, tetapi hanya menggunakan alat yang bersifat menghimpun atau
mendeskripsikan saja.
Teknik ini terdiri atas beberapa
macam jenis, seperti observasi, angket (quesioner), wawancara, sosiometri, dan
studi dokumentasi.
a.
Observasi
(pengamatan), yaitu teknik atau cara untuk mengamati suatu keadaan atau suatu
kegiatan (tingkah laku). Karena sifatnya mengamati, maka alat yang paling pokok
dalam teknik ini adalah panca indera, terutama indera penglihatan dan memiliki
ciri-ciri sebagai berikut.
1)
Dilakukan
sesuai dengan tujuan yang dirumuskan terlebih dahulu.
2)
Direncanakan
secara sistematis.
3)
Hasilnya
dicatat dan diolah sesuai dengan tujuan.
4)
Perlu
diperiksa ketelitiannya.
Teknik observasi ini dapat
dikelompokkan ke dalam beberapa jenis, yaitu:
1)
Observasi
Sehari-hari
2)
Observasi
Sistematis
3)
Observasi
Partisipatif
4)
Observasi
Nonpartisipatif
Kelebihan
dan Kelemahan Observasi
1)
Kelebihan
Observasi:
a)
Observasi
merupakan teknik yang langsung dapat dipergunakan untuk memperhatikan berbagai
gejala tingkah laku murid.
b)
Observasi
memungkinkan pencatatan yang serempak dengan kejadian yang penting:
(1)
Observasi
baik sekali untuk digunakan sebagai teknik untuk melengkapi data yang diperoleh
dengan teknik lain.
(2)
Dalam
observasi pengumpul data tidak perlu mempergunakan bahasa untuk berkomunikasi
dengan objek yang ditelaah.
2)
Kelemahan
Observasi:
a)
Banyak
hal-hal yang tidak dapat dicapai dengan observasi langsung.
b)
Apabila
objek observasi mengetahui bahwa ia
sedang diamati cenderung melakukan kegiatannya dibuat-buat.
c)
Timbulnya
suatu kejadian yang hendak diobservasi tidak selalu dapat diramalkan sebelumnya
sehingga pengamat sukar untuk menentukan waktu yang tepat untuk melakukan
observasi.
d)
Observasi
banyak tergantung kepada faktor-faktor yang tidak dapat dikontrol.
Para guru di sekolah dapat
menggunakan teknik observasi ini dengan berbagai tujuan, seperti untuk
mengetahui:
Pertama, aktivitas yang dilakukan para
murid pada saat proses belajar-mengajar berlangsung, dan
Kedua, perhatian
murid terhadap pelajaran yang diberikan.
b.
Catatan
Anekdot, yaitu catatan otentik hasil observasi yang menggambarkan tingkah laku
murid atau kejadian/peristiwa dalam situasi yang khusus. Catatan anekdot ini
bisa menyangkut tingkah laku seorang murid atau kelompok.
Dengan
mempergunakan catatan anekdot, guru dapat:
1)
Memperoleh
pemahaman yang lebih tepat tentang perkembangan murid.
2)
Memperoleh
pemahaman tentang sebab-sebab dari gejala tingkah laku murid.
3)
Memudahkan
dalam menyesuaikan diri dengan kebutuhan murid.
Catatan anekdot
yang baik memiliki beberapa syarat berikut:
1)
Objektif
Untuk
mempertahankan objektifitas dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a)
Catatan
dibuat sendiri oleh guru.
b)
Pencatatan
dilakukan segera setelah suatu peristiwa terjadi.
c)
Deskripsi
dari suatu peristiwa dipisahkan dari tafsiran pencatatan sendiri.
2)
Deskriptif
Catatan
tentang sutau peristiwa mengenai murid hendaknya lengkap disertai dengan latar
belakang, percakapan dicatat secara langsung dan kejadia-kejadian dicatat
dengan tersusun sesuai dengan kejadiannya.
3)
Selektif
Situasi
yang dicatat adalah situasi yang relevan dengan tujuan dan masalah yang sedang
menjadi perhatian guru sesuai dengan situasi dan keadaan murid.
c.
Wawancara
Wawancara
merupakan teknik untuk mengumpulkan informasi melalui komunikasi langsung
dengan responden.
Kelebihan
dan kelemahan wawancara
Kelebihan
wawancara sebagai teknik pengumpul data adalah sebagai berikut:
a)
Wawancara
merupakan teknik yang paling tepat untuk mengungkapkan keadaan pribadi murid.
b)
Dapat
dilakukan terhadap setiap tingkatan umur.
c)
Dapat
diselenggarakan serempak dengan observasi.
d)
Digunakan
untuk pelengkap data yang dikumpulkan dengan teknik lain.
Kelemahan-kelemahannya,
diantaranya sebagai berikut:
a)
Tidak
efisien, yaitu tidak dapat menghemat waktu secara singkat.
b)
Sangat
tergantung kepada kesediaan kedua belah pihak.
c)
Menuntut
penguasaan bahasa dari pihak pewawancara.
d.
Angket
Angket
(quesioner) merupakan alat pengumpul data (informasi) melalui komunikasi tidak
langsung, yaitu melalui tulisan. Angket ini
berisi daftar pertanyaan yang bertujuan untuk mengumpulkan keterangan
tentang berbagai hal yang berkaitan dengan responden (murid).
Beberapa
petunjuk untuk menyusun angket:
1)
Gunakan
kata-kata yang tidak mempunyai arti lengkap.
2)
Susun
kalimat sederhana tapi jelas.
3)
Hindarkan
pemakaian kata-kata yang sulit dipahami.
4)
Hindarkan
pertanyaan-pertanyaan yang tidak perlu.
5)
Selanjutnya
pertanyaan jangan bersifat memaksa untuk dijawab.
6)
Hindarkan
kata-kata yang bersifat negatif dan menyinggung perasaan responden.
e.
Autobiografi
Keterangan
pribadi ini merupakan ungkapan pribadi murid tentang pengalaman hidupnya,
cita-citanya, keadaan keluarga dan sebagainya.
Karangan pribadi ini dalam
pembuatannya dibagi ke dalam dua jenis yaitu terstruktur dan tidak terstruktur.
1)
Terstruktur
Karangan
pribadi ini disusun berdasarkan tema yang telah ditentukan sebelumnya.
2)
Yang
tidak terstruktur
Di
sini murid diminta untuk membuat karangan pribadi secara bebas tidak ditentukan
kerangka karangan sebelumnya.
f.
Sosiometri
Teknik
ini bertujuan untuk memperoleh informasi dengan hubungan atau interaksi sosial
di antara murid.
Sosiometri
dapat digunakan untuk:
(a)
Memperbaiki
hubungan insani di antara anggota-anggota kelompok tertentu.
(b)
Menentukan
kelompok kerja.
(c)
Meneliti
kemampuan memimpin seorang individu dalam kelompok tertentu untuk suatu
kegiatan tertentu.
g.
Studi
Kasus
Studi
kasus merupakan teknik mempelajari perkembangan seorang murid secara menyeluruh
dan mendalam serta mengungkap seluruh aspek pribadi murid yang datanya dipeoleh
dari berbagai pihak.
Dalam
melaksanakan studi kasus ini dapat ditempuh langkah-langkah:
1)
Menemukan
murid yang bermasalah
2)
Memperoleh
data
3)
Menganalisis
data
4)
Memberikan
layanan bantuan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar